Pemerintahan Finlandia Dalam Mengelola Perekenomian

Pemerintahan Finlandia Dalam Mengelola Perekenomian Melalui Industri R&D

Pemerintahan Finlandia Dalam Mengelola Perekenomian – Finlandia merupakan sebuah negara yang terletak di kawasan Eropa Eropa Utara yang berbatasan secara langsung dengan Swedia, Estonia, Rusia dan Norwegia. Finlandia memiliki populasi sebesar 5. 250. 275 jiwa yang mencakup total luas wilayah sekitar 338.145 km, atau dengan kata lain 44 jiwa per 1 km.

Dilihat dari segi keragaman, populasi Finlandia bersifat sangat homogen, hanya sekitar 2% populasi non Finlandia yang berada disana. Pertumbuhan penduduk hanya sekitar 0.3% pertahun. Dari segi bahasa, terdapat dua bahasa utama yaitu Finnish Speaking dan Swedish Speaking. slot indonesia

Pemerintahan Finlandia Dalam Mengelola Perekenomian Melalui Industri R&D

Finlandia pada awal 2000-an adalah negara industri kecil dengan standar hidup peringkat dua puluh di dunia. Pada awal abad kedua puluh, FInlandia adalah negara agraris miskin dengan produk domestik bruto per kapita kurang dari setengah milik Inggris dan Amerika Serikat. Finlandia adalah bagian dari Swedia hingga 1809, dan Uni Soviet pada 1809-1917, dengan otonomi yang relatif luas dalam urusan internal ekonomi. Finlandia menjadi republik merdeka pada tahun 1917. Meskipun tidak secara langsung terlibat dalam pertempuran di Perang Dunia I, Finlandia mengalami perang saudara selama tahun awal kemerdekaan pada tahun 1918, dan berperang melawan Uni Soviet selama Perang Dunia II. Finlandia telah menjadi anggota Uni Eropa sejak tahun 1995, dan telah tergabung dalam Ekonomi dan Moneter Uni Eropa sejak tahun 1999, ketika mengadopsi euro sebagai mata uangnya. www.mrchensjackson.com

Dari tahun 1994 hingga 2000, pertumbuhan ekonomi Finlandia adalah salah satu yang tertinggi di antara negara-negara OECD (lebih dari 4% per tahun), karena tingkat rendah awal pasca-krisis, serta liberalisasi perdagangan dan pasar keuangan, pesatnya perkembangan telekomunikasi bisnis, teknologi tingkat tinggi dan keterampilan manajemen. Sehingga, pada tahun 2000 efek merusak dari krisis di awal 1990-an sebagian besar dapat diatasi, meskipun pengangguran dan utang nasional tetap relatif tinggi: masing-masing 9,8% dari penduduk yang bekerja dan 49,1% dari PDB. (Finland Economy)

Pasar terdekat Finlandia adalah utara benua Eropa, seperti Inggris, Jerman, Skandinavia, negara-negara Baltik, dan bagian-bagian dari Rusia yang berbatasan Finlandia. Kekuatan Finlandia dalam bekerja dengan negara-negara ini didasarkan pada logistik, pengetahuan budaya, keterampilan bahasa, dan pengalaman dalam operasi modal. Mitra dagang utama termasuk Rusia, Jerman, Inggris, Swedia, Cina dan Belanda. (Economy, Business and technology)

Jika dilihat dari GDP Finlandia, maka sejak tahun 2000, GDP Finlandia mengalami kenaikan pesat khususnya ditahun 2007. Pada tahun 2008, terjadi krisis dunia yang menyebabkan penurunan signifikan bagi GDP Finlandia. Kemudian keadaan ekonomi Finlandia mulai merangkak naik hingga saat ini.

Pengelolaan Investasi R&D Finlandia

Pemerintahan Finlandia Dalam Mengelola Perekenomian Melalui Industri R&D

Salah satu faktor penyebab tumbuhnya ekonomi Finlandia adalah pengelolaan di bisnis Riset dan pengembangan atau R & D (Research and Development). Tercatat sejak tahun 1980-an, pemerintah Finlandia sudah mulai memikirkan tentang potensi dari bisnis ini. Pada tahun 1996, melalui dana yang didapat dari privatisasi perusahaan BUMN, Finlandia memutuskan untuk menggelontorkan dana tersebut untuk investasi di bidang R&D. Hal ini dilanjutkan pada tahun 1998, International Institute for Management Development (IMD) Menempatkan Finlandia sebagai negara pertama dalam kerjasama riset dan teknologi, pengembangan dan aplikasi teknologi serta penggunaan teknologi informasi terbaru. (Nature.com, n.d.)

Pasca perang dingin, finlandia terus melakukan inovasi untuk meningkatkan investasi di bisnis R&D.  Tahun 1997 hingga 2000 adalah periode keemasan Finlandia dalam meningkatkan investasi di bidang R&D, dimana investasi teknologi yang dilakukan Finlandia menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan bagi Finlandia, bahkan melebihi rata-rata pertumbuhan di negara Eropa lainnya. Bahkan di akhir tahun 2000, prospek masa depan industri teknologi di Finlandia berkembang secara luar biasa dengan adanya IT Bubble dan lelang lisensi untuk telekomunikasi generasi ketiga. (Dahlman, Routti, & Ylä-Anttila, 2006, p. 19)

Hal ini juga mengubah paradigma ekonomi Finlandia yang sebelumnya pada tahun 1970-an mengandalkan hasil dari hutan seperti kertas dari pemasukan mereka menjadi paradigma ekonomi berdasarkan teknologi hanya dalam jangka waktu 20 tahun. Kebijakan ini juga didukung oleh kebijakan public yang mendukung inovasi. Hal ini kemudian menjadikan Finlandia memiliki keunggulan tersendiri dalam penguasaan teknologi. (2006)

Pada tahun 1990-an, Finlandia juga mencoba memfokuskan kebijakan industrinya pada penegmbangan teknologi dengan mengembangkan “sistem inovasi nasional” didampingi dengan promosi sistem pengetahuan baru dan jasa – produksi berbasis pengetahuan (Dahlman, Routti, & Ylä-Anttila, 2006, p. 44). Hal ini ditujukan untuk mengembangkan kreasi dan inovasi dalam masyarakat Finlandia dengan memanfaatkan teknologi baru yang dikembangkan oleh pihak instansi swasta dan universitas. Hasil temuan tersebut kemudian diimplementasikan oleh pihak industri dengan kebijakan cluster industri.

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Finlandia memang mendorong masyarakat Finlandia untuk melakukan inovasi terhadap penemuan terbaru, terutama di bidang teknologi dan informasi. Hal ini kemudian menjadi landasan bagi masyarakat Finlandia dalam melakukan inovasi yang kemudian berkembang menjadi sebuah paradigma dalam masyarakat Finlandia bahwa mereka harus melakukan inovasi. Karena apabila tidak, produk mereka akan digantikan oleh produk dari negara lain, yang kemudian akan menciptakan gejala pengangguran di Finlandia. (Synergy Group Europe, 2013, p. 4)

Beberapa kebijakan kemudian dikeluarkan oleh pemerintah Finlandia untuk mendukung investasi di bidang R&D. Salah Satunya, adalah kebijakan pemberian subsidi kepada industry R&D di Finlandia. Kebijakan pemberian subsidi ini kemudian disertai dengan tidak adanya pajak tambahan bagi perusahaan R&D di Finlandia (Dahlman, Routti, & Ylä-Anttila, 2006, pp. 44-45). Kebijakan ini kemudian merangsang industry R&D di Finlandia berkembang pesat.

Akan tetapi, kebijakan subsidi ini bukanlah tanpa syarat. Perusahaan yang mendapatkan dana subsidi tersebut harus menjalankan riset dan pengembangan dengan terjaring. Dimana, perusahaan tersebtu harus bekerjasama dengan perusahaan lain, lembaga riset dan universitas dalam pengerjaan proyek R&D tersebut.

Kebijakan lain yang dikeluarkan oleh Finlandia adalah kebijakan deregulasi dan liberalisasi. Hal ini kemudian memancing banyaknya investasi asing masuk dan membantu perkembangan industry R&D di Finlandia. Selain banyaknya investasi asing yang masuk Finlandia, pemerintah Finlandia juga memfasilitasi perusahaan swasta yang hendak berinvestasi di luar negeri. (Dahlman, Routti, & Ylä-Anttila, 2006, p. 30) Hal ini kemudian mendukung perkembangan riset dan pengembangan di bidang teknologi dan informasi Finlandia.

Hal lain yang mendorong perkembangan industri R&D Finlandia adalah faktor edukasi. Selain semua sekolah di Finlandia didanai oleh pemerintah, Pemerintah Finlandia juga terus memperbaiki kualitas tenaga pengajar di setiap sekolah di Finlandia. Setiap guru di Finlandia diwajibkan untuk lulus pendidikan master baik untuk teori dan praktk, dimana negara juga turut mendanai guru-guru tersebut untuk menjamin mutu pelajar di Finlandia. Pemerintah Finlandia juga menginvestasikan uangnya di pendidikan tinggi spesialisasi (Sinno, 2012, p. 12). Investasi di pendidikan tersebut pada akhirya mempengaruhi industri R&D Finlandia ke depannya.